TENTANG MACAM-MACAM TARI SERIMPI:
1. Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para
penari menyesuaikan dengan pakaian cina.
2. Tari Serimpi Padhelori
Diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang
digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita
petikan dari Menak, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi
Sudarawerti. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama
Gending Pandhelori.
3. Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh
Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada
properti yang digunakan yaitu pistol.
4. Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh
Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini
berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi
tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
5. Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh
Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang.
Membawakan cerita petikan dari Angling Darmo yang magis, dengan
menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis
putih.
6. Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil
ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti
pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi
Pramugrari adalah Gending Pramugrari.
7. Tari Serimpi Sangopati
Tarian ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi
sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya
Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun
1788-1820 dengan nama Srimpi Sangopati kata sangapati itu sendiri
berasal dari kata sang apati, sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian (dari arti Sangopati)
diperuntukan kepada Belanda.
8. Tari Serimpi Anglirmendhung
Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh
K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang
kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku Buwana. Tetapi atas kehendak
Sinuhun Paku Buwana IV tarian ini dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang
hanya terdiri atas empat penari saja.
9. Tari Serimpi Ludira Madu
Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih
menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Anom.Tarian ini diciptakan untuk mengenang ibunda
tercinta yang masih keturunan Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat
dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal dunia, Pakubuwono V masih
berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah
penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam tarian ini
digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti jelas
dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil
dari makna Ludira Madura yang berarti "Darah/ keturunan Madura".
10. Tari Sintren
Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan
sekitarnya. Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis/magis yang
bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono.Tersebut dalam kisah
bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi
Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri
dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu
dari Ki Baurekso. Akhirnya R.Sulandono pergi bertapa dan Sulasih
memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung
malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang
pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa
pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi
Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,pada saat itu pula
R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui
Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono, yaitu
dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai
penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,
pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya
untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara
SulasihdanR.Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti
dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut
dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci
(perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci,
dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari
sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping
dan bador (lawak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar