Kamis, 23 April 2015

GOOGLE-CARA BERMAIN SULING BERIRAMA


CARA BERMAIN SULING BERIRAMA

CARA MEMAINKAN ALAT SULING RECORDER IRAMA SUNDA, INI SANGAT MUDAH SEKALI DILAKUKAN.
METODE INI SANGAT PRAKTIS BAGI PARA SENIMAN ALAT TIUP UNTUK MELAKUKANNYA,  ASALKAN ADA KEINGINAN UNTUK MENGETAHUI SERTA MELAKUKAN PERMAINAN ALAT SULING INI.
SULING YANG DIGUNAKAN ADALAH RECORDER, BAIK ITU RECORDER ALTO, RECORDER SUPRANO, MAUPUN RECORDER SUPRANINO.
BAHWA BUNYI YANG DISAMPAIKAN  DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SULING DIMAKSUD  MEMPUNYAI KE KHASAN SENDIRI UNIK DAN  ENAK DIDENGAR.
KITA KETAHUI BERSAMA BAHWA IRAMA SUNDA ASLINYA DILAKUKAN  SENIMAN JAWA BARAT  MEMAINKAN DENGAN ALAT MUSIK TRADIONAL SULING BAMBU KHAS JAWA BARAT, SEKARANG BAGAIMANA KITA MEMAINKAN IRAMA DIMAKSUD  DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SULING RECORDER ,
BUNYI DIMAKSUD WALAUPUN BUNYINYA TIDAK SAMA DENGAN ALAT TIUP SULING BAMBU TAPI BUNYI DIMAKSUD PUNYA BUNYI KERASTERISTIK  UNIK BENAR BENAR IRAMA SUNDA.
SEKILAS , SAYA SAMPAIKAN BAHWA SAYA ASLI ORANG KALIMANTAN  SUKU BANJAR,  BERTEMPAT TINGGAL DI BANJARBARU,  KARENA SAAT DUDUK DI SEKOLAH SMPN.1. TAHUN 1970 HAN MENDENGAR BUNYI IRAMA SUNDA YANG MENURUT SAYA SANGAT ENAK SEKALI DIDENGAR DAN SAYA SUKA ITU. LALU SAYA DENGAN ALAT SULING RECORDER COBA COBA MENCARI  BUNYI ITU DAN SAAT ITU TIDAK PERNAH KETEMU KETEMU DENGAN IRAMA YANG KHAS ITU, KARENA KEINGINAN SAYA YANG KUAT INGIN KETEMU SUARA/ IRAMA ITU LALU SAYA COBA COBA DAN DICOBA HINGGA AKHIRNYA LAMA KELAMAAN KETEMU JUGA .  INGIN MENGETAHUI, INGIN MEMILIKI PERMAINAN DIMAKSUD,  SILAHKAN MEMPELAJARINYA.
TRIMS.
CARA MEMAINKAN ALAT SULING RECORDER.
NADA YANG DIGUNAKAN :
DO,   MI,   FA , SOL,     SI.#,     .DO   . RE         M.I#           FA.#        SOL
 1.      3      4       5        7.(1/4)      1      2.(b)      3.(1/4)         4.(1/4)        5
DIGAMBAR KITA TAYANGKAN BAHWA ADA BEBERAPA  NADA YANG DISAMPAIKAN DENGAN  BUNYI  (#)  KRUIS 1/4.
DIANTARANYA BUNYI DIMAKSUD SEPERTI NADA  7, 2 , 3, 4.
LIHAT TAYANGAN GAMBAR DIMAKSUD.
  
DISAMPAIKAN :  BAHWA CARA MEMENCET SULING RECORDER DIMAKSUD TIDAK SAMA DENGAN DENGAN CARA MEMENCET SULING RECORDER YANG LAJIM DIPELAJARI SECARA TEORI PADA UMUMNYA.
PENCETAN SULING RECORDER IRAMA SUNDA DILAKUKAN  SESUAI DENGAN PADA GAMBAR  01 S/D GAMBAR 10 .



Tampilan dibawah ini menggunakan suling recorder  supranino.

Irama Sunda
Menggunakan Suling Recorder Supranino

Nada Standart.  F = Do



 Tampilan Nada : Do  (1) Semua lobang (8 buah pencetan) ditutup semua.
( gambar No.1 )



Tampilan Nada : 3  (Mi).



 Pada lobang 1 (do),  2  (Re) dibuka  dan pada lobang lainnya  tertutup.
(gambar No.2)


Tampilan Nada : 4  (fa).


Pada lobang 1 (do),  2  (Re), 3 (mi), 4 (fa),      dibuka  dan pada lobang lainnya       tertutup.



Tampilan Nada 7 # (1/4) (gambar No 5)



















pada lobang atas telunjuk dibuka, sedangkan 3 buah lobang ditutup,  yaitu, jari manis.jari tengah dan ibu jari tangan kiri.


Tampilan Nada Do tinggi (1)
(gambar No.6)






Semua lobang dibuka terkecuali ibu jari dan jari tengah tangan kiri ditutup

Tampilan nada Re tinggi (2).
(gambar No.  7)




















Semua lobang dibuka terkecuali jari tengah dan telunjuk tangan kanan serta jari manis, tengah dan ibu jari tangan kiri ditutup


Tampilan Nada Mi Tinggi (3)
(gambar No. 8)

Semua lobang dibuka terkecuali jari telunjuk kanan, jari manis kiri dan tengah serta ibu jari  ditutup



Tampilan Nada sol tinggi (5)
(gambar No. 9)
Semua lobang ditutup terkecuali jari manis.tengah ,telunjuk seerta ibu jari tangan kiri ditutup.
Untuk nada ini khusus suling recorder baik alto, suprano supranino maupun tenor  ,ini sudah nada yang paling tinggi. 







KERASTERISTIK  UNIK BENAR BENAR IRAMA SUNDA.
SEKILAS , SAYA SAMPAIKAN BAHWA SAYA ASLI ORANG KALIMANTAN  SUKU BANJAR,  BERTEMPAT TINGGAL DI BANJARBARU,  KARENA SAAT DUDUK DI SEKOLAH SMPN.1. TAHUN 1970 HAN MENDENGAR BUNYI IRAMA SUNDA YANG MENURUT SAYA SANGAT ENAK SEKALI DIDENGAR DAN SAYA SUKA ITU. LALU SAYA DENGAN ALAT SULING RECORDER COBA COBA MENCARI  BUNYI ITU DAN SAAT ITU TIDAK PERNAH KETEMU KETEMU DENGAN IRAMA YANG KHAS ITU, KARENA KEINGINAN SAYA YANG KUAT INGIN KETEMU SUARA/ IRAMA ITU LALU SAYA COBA COBA DAN DICOBA HINGGA AKHIRNYA LAMA KELAMAAN KETEMU JUGA .  INGIN MENGETAHUI, INGIN MEMILIKI PERMAINAN DIMAKSUD,  SILAHKAN MEMPELAJARINYA.
TRIMS.
CARA MEMAINKAN ALAT SULING RECORDER.
NADA YANG DIGUNAKAN :
DO,   MI,   FA , SOL,     SI.#,     .DO   . RE         M.I#           FA.#        SOL
 1.      3      4       5        7.(1/4)      1      2.(b)      3.(1/4)         4.(1/4)        5
DIGAMBAR KITA TAYANGKAN BAHWA ADA BEBERAPA  NADA YANG DISAMPAIKAN DENGAN  BUNYI  (#)  KRUIS 1/4.
DIANTARANYA BUNYI DIMAKSUD SEPERTI NADA  7, 2 , 3, 4.
LIHAT TAYANGAN GAMBAR DIMAKSUD.
  
DISAMPAIKAN :  BAHWA CARA MEMENCET SULING RECORDER DIMAKSUD TIDAK SAMA DENGAN DENGAN CARA MEMENCET SULING RECORDER YANG LAJIM DIPELAJARI SECARA TEORI PADA UMUMNYA.
PENCETAN SULING RECORDER IRAMA SUNDA DILAKUKAN  SESUAI DENGAN PADA GAMBAR  01 S/D GAMBAR 10 .



Tampilan dibawah ini menggunakan suling recorder  supranino.

Irama Sunda
Menggunakan Suling Recorder Supranino

Nada Standart.  F = Do



 Tampilan Nada : Do  (1) Semua lobang (8 buah pencetan) ditutup semua.
( gambar No.1 )



Tampilan Nada : 3  (Mi).



 Pada lobang 1 (do),  2  (Re) dibuka  dan pada lobang lainnya  tertutup.
(gambar No.2)


Tampilan Nada : 4  (fa).


Pada lobang 1 (do),  2  (Re), 3 (mi), 4 (fa),      dibuka  dan pada lobang lainnya       tertutup.



Tampilan Nada 7 # (1/4) (gambar No 5)



















pada lobang atas telunjuk dibuka, sedangkan 3 buah lobang ditutup,  yaitu, jari manis.jari tengah dan ibu jari tangan kiri.


Tampilan Nada Do tinggi (1)
(gambar No.6)






Semua lobang dibuka terkecuali ibu jari dan jari tengah tangan kiri ditutup

Tampilan nada Re tinggi (2).
(gambar No.  7)




















Semua lobang dibuka terkecuali jari tengah dan telunjuk tangan kanan serta jari manis, tengah dan ibu jari tangan kiri ditutup


Tampilan Nada Mi Tinggi (3)
(gambar No. 8)

Semua lobang dibuka terkecuali jari telunjuk kanan, jari manis kiri dan tengah serta ibu jari  ditutup



Tampilan Nada sol tinggi (5)
(gambar No. 9)
Semua lobang ditutup terkecuali jari manis.tengah ,telunjuk seerta ibu jari tangan kiri ditutup.
Untuk nada ini khusus suling recorder baik alto, suprano supranino maupun tenor  ,ini sudah nada yang paling tinggi. 






CELECAI GANS BISA KAN

Rabu, 22 April 2015

MACAM MACAM TARI SERIMPI

                 TENTANG MACAM-MACAM TARI SERIMPI:
1. Tari Serimpi Cina
Salah satu jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan pakaian cina.

2. Tari Serimpi Padhelori
Diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari Menak, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.

3. Tari Serimpi Pistol
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.

4. Tari Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.

5. Tari Serimpi Renggawati
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari Angling Darmo yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.

6. Tari Serimpi Pramugari
Salah satu jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari.

7. Tari Serimpi Sangopati
Tarian ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi Sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata sang apati, sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian (dari arti Sangopati) diperuntukan kepada Belanda.

8. Tari Serimpi Anglirmendhung
Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV tarian ini dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja.

9. Tari Serimpi Ludira Madu
Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.Tarian ini diciptakan untuk mengenang ibunda tercinta yang masih keturunan Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam tarian ini digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil dari makna Ludira Madura yang berarti "Darah/ keturunan Madura".

10. Tari Sintren
Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono.Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R.Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.

Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara SulasihdanR.Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).

TARIAN DARI JAWA TENGAH

tari dari jawa tengah



1. TARI LANGEN ASMARA
Tari Langen Asmara adalah tari tradisi gaya Surakarta. Tari ini dapat ditijau dari beberapa segi yang dapat diamati misalnya dari segi estetis atau segi historisnya ( sejarah) dan lain-lain. Penulisan penelitian ini lebih memfokuskan pada tari Langen Asmara yang ditinjau dari segi koreografinya. Dalam melakukan pembahasan koreografi yang dikemukakan oleh Soedarsono. Kemudian dalam melakukan penelitian menggunakan metode deskriptif analisisi dengan cara pengumpulan data, sirvey, observasi, wawancara dan studi pustaka. Metode digunakan sebagai cara dalam melakukan penelitian sedangkan konsep dan teori dipakai sebagai pisau analisa dan menganalisa koreogafi tari Langen Asmara. Tari Langen Asmara oleh Sunarno Purwoleleono pada tahun 1993.Tari ini disusun untuk menambah materi tari pasihan gaya surakarta serta guna materi ujian Hartoyo Di Taman Budaya Surakarta. Penari pertama tari Langen Asmara adalah Hartoyo dan Sri Atma Lestari. Bentuk sajian tari Langen Asmara terdiri dari beberapa unsure seperti gerak, rias, busana, pola lantai, iringan ( gendhing beksan). Berdasarkan unsure-unsur bentuk sajian ini, ternyata merypakan penjabaran dari elemen-elemen pada koreogafi menurut konsep koreogafi yang ditemukan oleh Soerdarsono. Melihat struktur sajian dalam tari Langen Asmara, ternyata dapat disimpulkan bahwa tari Langen Asmara digolongkan dalam genre tari pasihan gaya Surakarta. Tari langen Asmara merupakan salah satu komposisi tari pasangan yang bertemakan percintaan dimana dalam tari tidak terdapat konflik. Inilah yang menjadi cirri khas dari tari Langen Asmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu kasih, bersenang-senang. Bentuk sekarnya pun banyak yang dilakukan secara bersamaan dan memiliki makna tertentu untuk penggambaran suasana dan maksud. Pemakaian bentuk sanggul kadal menek merupakan daya tarik tersendiri pada tari Langen Asmara selain penerapan pola geraj penggabungan gerak gaya surakarta dengan gaya Yogyakarta. Tema dan amanat yang ditampilkan mudah dimengerti karena penampilanya diwujudkan melalui gerak tari dan garapan pola lantai yang dimemiliki kekhasan sebagai tari pasihan. Tari Langen Asmara diharapkan mampu memberikan motivasi untuk penciptaan
jenis karya ajar yang bertema pasihan serta diharapkan untuk selalu dipakai sebagai bahan ajar dalam kampus ISI Surakarta Fakultas Seni.


2. TARI DRIASMARA

Tari driasmara merupakan salah satu bentuk tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri, tari driasmara bertemakan langen asmara atau percintaan antara Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarno Purwolelono pada tahun 1976. Tahun1980 tari ini disusun kembali oleh Wahyu Santosa Prabowo, Nora Kustantina Dewi dibantu oleh Rusini untuk penataran Pamong Kesenian se-Jawa Tengah di PKJT Sasono Mulyo Baluwarti Surakarta. Adegan/tarian untuk Prabu Kelana digarap oleh Sunarno Purwolelana, adegan/tarian panji (alusan) digarap oleh Wahyu Santoso Prabowo, dan untuk adegan Candra Kirana digarap oleh Sunanro Purwolelana. Untuk gendhing pengiringnya digarap oleh Martopangrawit, dan pada perekaman digubah oleh Rahayu Supanggah.
Berangkat dari drama tari yang berjudul Panji Asmara, mengambil cerita panji dengan tokoh Prabu Kelana, Candra Kirana, dan Panji Asmara Bangun, berproses di Sasana Mulyo, adapun penarinya adalah Sunarno Purwolelono sebagai Prabu Kelana, Wahyu Santoso Prabowo sebagai Panji Asmara Bangun dan Utami Retno Asih sebagai Candra Kirananya. Drama tari tersebut dipentaskan di acara pernikahan Sal Mugiyanto. Dari drama tari tersebut dipethil/ diambil adegan Candra Kirana dan Panji Asmara Bangun (adegan pasihan/percintaan antara Candra Kirana dan Panji Asmara), dari adegan tersebut jadilah tari pasihan. Setelah tersusun menjadi tari pasihan tokoh Panji dan Candra Kirana dihilangkan (tidak harus menceritakan Panji Asmara Bangun dan Candra Kirana).
Driasmara berasal dari kata driya yang bearti hati dan asmara yang berarti asmara, driasmara dimaksudkan hati yang sedang dilanda asmara. Rasa yang muncul/ terkandung dari tariDriasmara yaitu romantis, penuh kasih, saling mengasihi satu sama lain, cinta kasih. Tari driasmara menggambarkan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta, melambangkan suatu hubungan percintaan antara dua orang yang berlawanan jenis. Pada dasarnya tari ini menggambarakan bermacam-macam perasaan manusia yang terlibat dalam suatu percintaan. Sebagai contoh perasaan sayang, kangen selalu ingin bertemu dan bersama dengan kekasihnya serta tidak ingin membaginya dengan orang lain. Rasa kangen dan penggambaraan kerinduan yang mendalam pada tokoh wanita dirasakan pada gendhing kinanthi sandhung. Rasa damai dan tenteram dirasakan pada gendhing sekar macapat mijjil. Kebar memunculkan rasa senang dan mesra yang menggambarkan sepasang kekasih yang bercinta.


3. Tari Bambangan Cakil
 Tari Bambang Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Tarian ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.
Tari Bambangan Cakil

Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa. Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas.
Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga. Perang antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang.
Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.

4. TARI SERIMPI
SEJARAH TARI SERIMPI
Serimpi sama artinya dengan bilangan empat. Kata Srimpi menurut bahasa jawa artinya "impi atau mimpi". Tarian Serimpi merupakan tarian yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini ditarikan oleh 4 orang putri yang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan dari sang penari yang lambat dan gemulai adalah ciri khas dari tarian Serimpi Yogyakarta. Dari ke 4 putri tersebut, masing-masing melambangkan unsur dunia, yaitu : grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Hal dimaksud melambangkan asal usul terjadinya manusia dan juga melambangkan 4 penjuru mata angin. Pada dasarnya tari Serimpi ini mengambarkan sifat baik dan sifat buruk. Manusia diajarkan untuk selalu berbuat baik sebagai bekal menghadap Sang Pencipta. Dari ke 4 putri tersebut masing-masing mempunyai nama yaitu : Batak, Gulu, Dhada dan Buncit.

Legenda Tari Serimpi muncul pertama kali di masa kejayaan Kerajaan Mataram yang diperintah oleh Sultan Agung (1613-1646). Tarian ini hanya dipentaskan dalam lingkungan kraton sebagai acara ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan. Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta pada tahun 1775.

Di Kesultanan Yogyakarta, tarian Serimpi digolongkan menjadi 3 yaitu Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Di Kesultanan Surakarta, tarian Serimpi digolongkan menjadi 2 yaitu Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan.

GOYANG JAIPONGAN KARAWANG

Sejarah jaipongan goyang karawang

Jaipong goyang karawang
Sejarah Kebudayaan Tari Jaipong - Tari Jaipong adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Beliau terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.

Sejarah Tari Jaipong

  pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.


Perkembangan Tari Jaipong

Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.
Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.

Bentuk Penyajian dan Ciri Khas

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas dan kesederhanaan (alami/apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada Seni jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya Kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini sebagai berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seorang Sinden tetapi tidak menyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukkan ketika para penonton (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sambil salam temple. Istilah Jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya dari Jaipongan terjadi pada tahun 1980-1990-an, dimana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan dan Tari Kawung Anten. Dari taritarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata dan Asep Safaat.

TARI SAMAN

Tari Saman 
Tari Saman: Bagai ada 1000 tangan
 -  Tari saman punya banyak nama. Bukan hanya tari seribu tangan, tapi juga Saman Gayo di Aceh Tenggara dan Tengah, Saman Lokop di Aceh Timur , dan Saman Aceh Barat di Aceh Barat .
Tarian tradisional Melayu ini asal mulanya dari daerah Aceh Tenggara tepatnya di dataran tinggi Gayo. Nama "Saman " diambil dari nama pencipta dan pengembang tari Saman yaitu Syeikh Saman . Ia adalah salah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Aceh . Itu sebabnya syair atau lagu yang digunakan dalam tari saman adalah bahasa Arab dan Aceh. Biasanya syair yang dipakai dalam tari saman berisi pesan-pesan dakwah, sindiran, pantun nasehat, dan pantun percintaan.
Tarian saman diduga berasal dari tarian Melayu kuno karena tari saman menggunakan dua gerakan yang umum digunakan dalam tarian Melayu kuno: tepuk tangan dan tepuk dada. Menurut cerita, Syeikh Saman menyebarkan agama Islam sambil mempelajari tarian Melayu kuno. Supaya dakwahnya lebih mudah, Syeikh Saman menggunakan syair-syair dakwah dengan gerakan-gerakan tari. Sampai sekarang, tari saman yang sifatnya religius ini masih dipakai sebagai alat penyampaian pesan dakwah.
Pertunjukan Tari Saman dari Masa ke Masa
Dahulu, tari saman ditampilkan dalam upacara adat tertentu. Salah satunya adalah upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekarang, tari saman juga ditampilkan dalam acara-acara kenegaraan seperti kunjungan tamu-tamu negara atau dalam pembukaan festival dan acara lainnya.
Pada masa penjajahan Belanda, pertunjukan tari saman dilarang karena katanya mengandung unsur magis yang bisa menyesatkan. Namun larangan ini tidak dihiraukan oleh masyarakat Aceh. Tari saman pun terus berkembang pesat sampai sekarang. Selain itu, tari saman tidak hanya dipertunjukkan di NAD tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Tari saman bahkan sudah sampai ke negara-negara tetangga dan Eropa.
Mari Menari!
Kalau dilihat dari jumlah gerakan tubuh, tari saman bisa dikatakan tari yang sederhana. Tetapi gerakannya beragam, antara lain: gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring, dan gerak lengek. Keunikan tari saman adalah gerakan tangannya yang dinamis, perubahan posisi duduk para penari, dan goyangan badan yang dihentakkan ke kiri atau kanan ketika syair lagu dinyanyikan. Tari saman tidak menggunakan musik loh, hanya syair yang dinyanyikan serta suara tepukan tangan, dada, dan paha.
Pada umumnya, tari saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki dengan jumlah ganjil. Namun dalam perkembangan selanjutnya tari saman juga ditarikan oleh perempuan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tarian ini ditarikan oleh 10 orang. Delapan orang penari dan dua orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Seorang Syeikh ditunjuk sebagai pengatur gerakan dan penyanyi syair-syair lagu untuk tarian ini.
Para penari saman memakai kostum seragam khas Aceh : bulan teleng di kepala, penutup leher, dan gelang di kedua pergelangan tangan. Sebelum menari, para penari duduk berbaris memanjang ke samping dengan lutut ditekuk. Syeikh duduk di tengah-tengah para penari lainnya kemudian menyanyikan syair atau lagu yang diikuti dengan berbagai gerakan oleh penari yang lain. Gerakan dan lagu yang dinyanyikan memiliki hubungan yang dinamis, sinkron, dan memperlihatkan kekompakkan. Tarian ini diawali dengan satu gerakan lambat, dengan tepuk tangan, tepuk dada, dan paha, serta mengangakat tangan ke atas secara bergantian. Semakin lama, gerakan tarian ini semakin cepat hingga tari saman pun berakhir.

TARI PIRING

Tari Piring, Seni Budaya Khas Sumatera Barat

 
Tari Piring Sumatera Barat
Kategori: Seni Budaya | Area: Sumatera Barat
Selain limpahan objek wisata alam, Sumatera Barat juga memiliki banyak corak seni yang akan membuat Anda terkesima. Salah satunya adalah seni tari daerah yang diberi nama Tari Piring. Beberapa tahun terakhir, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Tari Piring menjadi salah satu aset untuk menarik perhatian wisatawan.
Tari Piring berasal dari Sumatera Barat, tepatnya di Solok. Pada awalnya, tari piring dilakukan oleh perempuan dan laki-laki untuk membawakan sesembahan kepada para dewa sebagai wujud rasa syukur atas masa panen yang memberikan hasil sangat memuaskan. Mereka menari dengan sangat lincah sembari memegang piring-piring di telapak tangannya. Terdapat tiga jenis variasi gerakan dalam seni Tari Piring, yaitu tupai bagaluik (tupai bergelut), bagalombang (bergelombang), dan aka malilik (akal melilit).
Kesenian Tari PiringNamun, seiring masuknya agama Islam maka tarian ini mengalami pergeseran sehingga tidak lagi untuk menyembah dewa melainkan untuk ditampilkan dalam acara hajatan ataupun juga acara pernikahan. Para penari pun beralih dari yang awalnya campuran, kini hanya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang berdandan cantik. Barangkali Anda tidak akan percaya tanpa melihat secara langsung para penari bergerak cepat, atraktif, penuh semangat dan sangat indah dengan piring-piring yang sama sekali tidak bergoyang apalagi terjatuh. Tarian ini diawali dengan para penari yang mulai bergerak sesuai koreografi tarian dengan meletakkan piring di masing-masing tangannya tanpa terlepas atau bergeser sedikitpun.
Suasana semakin semarak dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi rentak tarian, yaitu talempong dan saluang. Kostum penari biasanya berwarna cerah sehingga mendukung kemeriahan acara. Anda juga akan mendengar irama khas yang dihasilkan dari suara dentingan antara piring yang dipegang dengan cincin yang memang sengaja dikenakan di jari penari. Kemudian, bersiaplah untuk menahan napas sejenak di bagian pertengahan pertunjukkan, sebab akan ada atraksi lempar piring. Ya, piring-piring yang dipegang oleh para penari sengaja dilemparkan sangat tinggi ke udara kemudian pecahannya diinjak dengan gerakan tari yang terus dilanjutkan. Hal ini menggambarkan perasaan gembira atas hasil panen yang melimpah. Ajaibnya, tidak akan akan satu luka pun di kaki para penari sekalipun mereka menginjaknya dengan kaki telanjang. Secara umum, penari dalam tarian tradisional ini berjumlah ganjil, antara tiga, lima, atau tujuh penari.
Penari Tari PiringTari Piring sangat terkenal keistimewaannya ke seluruh penjuru dunia. Tarian ini sudah pernah dipentaskan di luar Sumatera Barat, yakni di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan lainnya. Lebih membanggakannya lagi, Tari Piring juga turut dipentaskan dalam rangka tour festival kebudayaan Nusantara. Tidak hanya di dalam negeri, Tari Piring juga telah merambah ke dunia internasional dan pernah dipentaskan dalam festival budaya Nusantara di Malaysia, Singapura, Serbia, serta beberapa negara di Eropa.
Apabila Anda ingin menampilkan Tari Piring dalam acara atau hajatan yang Anda selenggarakan, Anda dapat menyewa grup tarian ini sehingga para penari hadir di kota Anda dan menyuguhkan tarian tradisional Sumatera Barat secara langsung untuk tamu undangan Anda. Tentunya, akan membuat seluruh yang menonton menjadi terkagum-kagum atas keunikan koreografi yang dimiliki serta kelincahan gerakan para penari dengan piring-piring di tangannya.
(Written by Ika Wahyuni)
Tari Serimpi
Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah. Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya adalah wanita. Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang berarti 4. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi empat penari sebagai simbol dari empat penjuru mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin(udara) dan Bumi (tanah). Sedangkan nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang melambangkan tiang Pendopo.
Nama serimpi sendiri oleh Dr. Priyono dikaitkan dengan akar kata “impi” atau mimpi. Gerakan lemah gemulai tarian serimpi yang berdurasi ¾ hingga 1 jam itu dianggap mampu membawa para penonton ke alam lain (alam mimpi). Konon, munculnya tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram, saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Dan tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton sebagai ritual kenegaraan hingga peringatan Naik Takhta Sultan.
- See more at: http://ndre99.blogspot.com/2013/05/10-tarian-tradisional-indonesia-yang.html#sthash.0qIgZBgv.dpuf